RSS

Monthly Archives: February 2012

Pasan Mandeh

Cipt: Tiar Ramon

Garudo tabang ateh langik mak
Turunlah gajah patah gadiang
Manyasok lalu ka tapian
Tampak nan dari Bangkahulu

Iyo santiangnyo aka rangik mak
Manyasok darah dalam dagiang
Luko nan indak kanampakan
Alah padiah sajo mangko tahu

Nan bak pasan mandeh
Usah takuik nak di ombak gadang
Riak nan tanang oi nak kanduang
Mambaok karam

Bia luko dek sambilu
Cegak diubek nak, nan jo piladang
Kato malereang, oi nak kanduang
Bisonyo tajam

 

 

Like this pokoknya 😀

 
5 Comments

Posted by on February 14, 2012 in Uncategorized

 

What Ever

Hari-hari berat seperti mendekat

Tidak semua orang mau jadi dewasa,

Tapi sebagian lagi tidak punya pilihan selain menjadi dewasa

 

Apakah ini konsekuensi dari pendidikan

Saat hidup harus dijalani dengan logika

Jangan kau bicarakan tentang perasaan

Orang-orang terdidik berbicara dengan otak, bukan dengan hati

 

Apa ini akibat dari pengorbanan?

Jika dengan terdidik menjadikan kau mati rasa,

Lebih baik kau tinggalkan saja bangku sekolahmu

Pergilah ke pinggiran negerimu

Mungkin disana kau akan lebih tau mengapa kau dididik

 

 

Tribute to those who succesfully resist the convenience

I hope i wil be there with you guys

Creat our dreams, meet the rainbow

But now,

I must stay here, behind you

But I promise i never leave you, Buddy

Keep my dream on your shoulder

May be next time we will meet in our new world

The world that we paint in our dream

May be, no one can understand

But I’m sure we will catch our dreams

Ya,,,

 our dreams,

not your dream, more over my dream, but it all about us

 

Palu- 13 Feb 2012

 
Leave a comment

Posted by on February 13, 2012 in Uncategorized

 

“Kampung Baru” (episode 1)

Miris. Saat itu, sekitar tanggal 1 Februari 2012,, seorang adik sepupu saya secara tidak sengaja salah kirim kultwit seorang artis bule idolanya ke kontak bbm saya, kalau tidak salah Megan Fox. Adik sepupu saya ini adalah seorang siswi kelas 3 SMP IT (Islam Terpadu) di Jakarta, cantik dan berkerudung (paling tidak saat berangkat ke sekolah). Bunyi tweet nya kira-kira begini “we live in a world where losing your phone is more dramatic than losing your virginity”. Sesaat setelah secara tidak sengaja mengirim ke ponsel saya, sang adik langsung mengirim pesan “maaf un, salah kirim”.

Saat itu, saya berfikir apa memnag seperti itu pergaulan abege jakarta? Kebetulan saya dari lahir hingga sma menempuh pendidikan di Bukittinggi, sebuah daerah yang masih sangat menjunjung tinggi nilai moral, budaya dan agama.

4,5 tahun saya menempuh pendidikan di pulau jawa, bisa dibilang saya tidak pernah kontak dengan hal2 yang bernilai “abu2” dalam pandangan moral dan agama. Hari-hari berjalan begitu ideal dan kondusif. Pergaulan yang homogen dan sangat “aman” menjadikan saya pribadi tidak begitu “ngeh” dengan degradasi moral yang ternyata sedang dilakoni oleh teman2 seusia saya bahkan jauh dibawah saya. Hidup di kampus saya jalani dengan begitu nyaman dan sempurna. Bertemu dengan orang2 baik, bergaul dengan mereka yang berwajah teduh, mengisi hari2 dnegan kesibukan yang jauh dari kesia-siaan. Sangat ideal sekali.

Kampung Baru,, Negeri Pasca Kampus

Tapi kemudian, takdir mengantarkan saya bekerja di sebuah wilayah yang tidak pernah saya bayangkan sebelumya. Sangat jauh dari kampung halaman saya di Bukittinggi. Budaya yang berbeda, bahasa dan adat istiadat yang tidak sama. Semakin menggiring saya untuk mengagumi Indonesia. Begitu kaya, beraneka suku bangsa, budaya dan kearifan lokal yang luar biasa. Tanahnya yang subur, kekayaan alam yang seakan tidak pernah habis disediakan tuhan untuk menuntun manusia berfikir. Langkah demi langkah harus tetap saya ayunkan di tanah perantauan yang baru. Pergaulan dan gaya hidup yang sangat berbeda dengan apa yang pernah saya temui dan jalankan saat di kampus tergambar terang di depan mata.

Tidak mudah bagi saya untuk membaca bahasa pasca kampus. Kalau dulu di kampus melihat orang pacaran saja saya sudah merasa tidak nyaman, apalagi sampai berpegangan tangan atau lebih dari itu. Tapi kemudia pasca kampus tidak seramah itu menyambut kehadiran saya. Berbagai tindakan yang menurut parameter saya adalah “salah” menjadi hal biasa. Bisa jadi ini memang skenario pasca kampus, atau sangat mungkin karena saat kuliah saya ga “melek” dengan hal ini. Itulah sebabnya negeri pasca kampus ini begitu asing dan “berbeda”. Di negeri ini, laki2 muslim itu tidak canggung meninggalkan sholat jumat, muslim nya tidak sungkan untuk tidak berpuasa di bulan ramadhan, sholat wajib sudah kehilangan penggemarnya, dan lain-lain yang sulit untuk saya ceritakan satu persatu.

Negeri pasca kampus yang saya maksud disini bukanlah ttg ruangan kantor ataupun seperangkat penduduknya atau atribut pendukung lainnya. Lebih luas lagi tentang masyarakat yang ternyata tidak seideal rakyat kampus. Masyarakat dengan segala tingkat pendidikan yang berbeda, perkenomian  dan akses informasi yang berbeda. Perbedaan yang tidak sedikit ini menjadikan pola hidup masyarakat negeri pasca kampus tidak seideal masyarakat kampus. Benarlah apa yang waktu itu pernah disampaikan salah seorang ustadz, “isi dulu perut mereka, baru isi otak mereka. Karena ilmu tidak akan diterima dengan perut lapar”.  Banyak “kebobrokan moral” yang terjadi karena perut lapar.

Sangat menyedihkan saat mendengar cerita beberapa orang rekan yang merupakan warga lokal tentang kondisi remaja di kampung saya yang baru ini. Seolah tanpa beban, pada kesempatan dan waktu yang berbeda mereka menggambarkan bahwa remaja putri usia SMP SMA banyak yang tidak perawan. Bukan karena korban perkosaan, tapi karena uang.  Musibah ini banyak dialami mereka yang tinggalnya di pinggiran kota dan memilih sekolah di ibukota. Pertimbangan jarak yang jauh dari rumah mengharuskan mereka “nge-kost” dan tinggal jauh dari orang tua. Selain macetnya kiriman bulanan, minimnya pengawasan orang tua akhirnya menuntun remaja usia labil ini pada pergaualan yang sudah tidak wajar. Bermula dari perhatian dan “kepedulian” dari teman sebaya, berlanjut pada “kepercayaan” menyerahkan “harga diri” pada soulmate yang sepanjang hari mengisi hari2 di “tanah perantauan”.  Jika sudah dimulai sekali, maka kali ke-3, 4 atau 5 menjadi hal biasa. Remaja putri ini sudah tidak lagi menganggap dirinya berharga. Om-om hidung belang pun menjadi mesin atm penyambung hidup sebagai “perantau”.

To be continued,…

 

 

 

 
Leave a comment

Posted by on February 8, 2012 in Uncategorized

 

Maulid nabi :D

waah,,dulu jamnnya saya smp-sma,,sering nih jadi panitia maulid. Tapi sekarang beda,,ini maulid nabi di kelurahan Poboya, Kec. Palu Timur. Walaupun dengan orang2 yang berbeda, bahasa yang berbeda,,tetap saj,,perayaan maulid selalu penuh dengan kehangatan, canda tawa, dagdigdug saat no urut peserta disebut sama panitia. Waaaaa,,,luar biasa deh pokoknya

 

 

 

yang ga kalah seru waktu perlombaan dilaksanakan,,ada lomba adzan, lomba bacaan dan gerakan sholat, ada lomba wudhu,,seru.

sebenarnya acaranya biasa aja, tapi ekspresi gugup anak2 yang bikin semua jadi menarik

       

 

  

   

Bagaimanapun, anak2 memang selalu menjadi bagian paling menarik dari semua sisi kehidupan manusia.

Paling tidak ini pendapat saya pribadi 🙂

Palu – 3 Feb 2012

 
Leave a comment

Posted by on February 3, 2012 in Uncategorized

 

Warna

Hidup di kampus memang sangat nyaman dan menyenangkan. Bertemu dan bergaul dengan orang2 baik dan sangat baik. Berada di lingkungan yang sangat kondusif dan seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kesibukan kami adalah perbaikan amalan harian, memperbanyak ibadah sunnah, membantu sesama, memperbaiki bacaan qur’an, bagaimana untuk menghadirkan pembicara yang hebat diacara kajian, tidak lupa kuliah di kelas dan laboratorium. Sangat melenakan.

Tetapi kemudian ada saatnya lingkungan nyaman itu harus saya tinggalakan. Entah karena saya memang ingin meninggalkan, atau hanya karena memang biasanya setelah sekian tahun orang2 meninggalkan dan saya ikut2an, entahlah. Yang jelas saya telah sampai pada waktu dimana saya harus meninggalkan semua kenyamanan itu.

Bergaul dengan mereka yang begitu homogen menjadikan saya tidak tau dengan kebobrokan yang terjadi diluar sana (dan sangat mungkin bahwa mereka yang pergaulannya sama dengan saya juga tidak “ngeh” dengan hal tsb).

Dulu saat dikampus, melihat orang pacaran saja bagi saya rasanya sudah sangat mengkhawatirkan. Saya tidak tahu perasaan seperti apa yang harus saya tunjukkan saat kemudian di pasca kampus orang2 berbangga diri telah melakukan hubungan terlarang. Entah ekspresi seperti apa yang pantas untuk menanggapi orang2 yang menceritakan “dosa”nya sebagai prestasi yang membanggakan. Belum lagi mereka yang mengaku islam, tetapi dengan santainya tidak berpuasa di bulan ramadhan atau memilih “ngobrol” di gazebo saat seharusnya pergi sholat jumat.

Ini baru sebagian kecil dari bahasa pasca kampus yang saya temukan. Dulu, kami sering diwanti2 bahwa pasca kampus itu berat. Persiapkan diri mumpung masih dikampus, dan sebagainya. Pandangan saya saat itu adalah masalah persaingan kerja, “sikut kiri-kanan” di dunia kerja atau kompetensi dalam melakukan pekerjaan.

Tapi saat ini, saya belajar untuk lebih “melek” dengan kondisi sekitar. Bahwa hidup bukan hanya di mushola, perpustakaan atau toko buku. Bahwa yang ada di TV, apa yang dengan pede difilmkan dilayar kaca itu nyata adanya. Bahwa krisis moral itu memang sedang terjadi. Inilah saat dimana orang yang masih berkelakuan sesuai etika malah terlihat aneh dan asing.

Nau’dzubillah.

Semoga bisa dibaca oleh mereka yang kehidupannya saat ini tidak jauh berbeda dengan pergaulan saya saat di kampus. Semoga bisa diambil manfaatnya

_Jangankan untuk mewarnai, untuk mempertahankan warna sendiripun tidak mudah_

Palu, 01022012

 
Leave a comment

Posted by on February 2, 2012 in Uncategorized

 

Dewasa??

Saya tidak suka menjadi orang dewasa

Mengapa setiap orang harus menjadi dewasa?

Apa pentingnya menjadi orang dewasa?

Apa kebaikan hanya bisa dilakukan oleh orang2 yang mengaku dewasa?

Lalu, apa sebenarnya dewasa?

Siapa yang memutuskan seseorang sudah dewasa atau belum?

Kenapa dia bisa memutuskan orang lain atau dirinya dewasa?

Ah,…sudahlah

Saya tidak mengerti dan malas untuk mengerti

Saya tidak peduli dengan dewasa atau apapun itu,

Selama seseorang masih setia dengan cintaNya pada Tuhan dan
bermanfaat bagi sesama,

Tidak pentinglah, dia dewasa atau tidak

Semoga suatu hari ada yang bisa menjelaskan seperti apa wujud sesuatu yang bernama dewasa

Palu-01022012

 
Leave a comment

Posted by on February 2, 2012 in Uncategorized

 

Bosan

Seiring bergulirnya waktu, hidup pun terus mengalir. Pertemuan dan perpisahan menjadi sahabat karib yang menemani perjalanan. Kawan baru datang dan pergi. Setiap mereka, meninggalkan bahagia dan luka yang tersusun indah membentuk kelapangan jiwa.

Bertemu dengan orang-orang baru dengan segala tingkah polahnya memang menyenangkan. Kehadiran mereka mengisi kavling2 yang sudah tertata rapi di hati. Waktu menggiring pada momen-momen menakjubkan dan tak terlupakan. Satu persatu menuntun jiwa menjadi pribadi dewasa dan bersahaja. Tidak butuh waktu lama untuk kemudian keakraban dan keterikatan hati terjalin. Perasaan nyaman, saling bimbing, saling mengayomi dan bahu membahu semakin mempererat ikatan hati yang memang sudah terikat. Harapan dan cita-cita bersama kemudian disusun begitu indah, tak lupa dengan cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapainya. Seolah-olah itu semua telah ada didepan mata. Begitu nyata.

Seringkali kita berfikir kitalah yang paling tau bagaimana agar harapan itu dapat terwujud dengan tepat. Kita yang paling tau siapa orang-orang yang paling sesuai untuk mewujudkannya. Tahapan2 seperti apa yang harus dijalankan, dan sebagainya. Seolah-olah kita lupa bahwa ada campur tangan Tuhan di dalamnya.

Kemudian harapan itu dengan seketika ambruk saat mereka-mereka yang kita “tempatkan” sebagai pendukungnya kemudian pergi. Harapan yang tadinya tergambar begitu nyata, kemudian blur dan hilang, seolah tidak pernah ada sebelumnya.

Ya,,meninggalkan dan ditinggalkan memang sudah sunnatullah. Tapi tetap saja berat untuk dijalani.

Yang ditinggalkan akan hanyut dan larut dalam kenangan dan harapan masa lalu, sementara yang meninggalakan akan menemukan cita dan asa yang baru. Entah masih dengan membawa kenangan yang lama atau sudah meninggalkannya sama sekali bersama yang ditinggalkan.

“Butuh waktu 1 detik untuk mengingat orang baru, tapi butuh waktu seumur hidup untuk melupakan.”

Entahlah, apapun alasannya, perpisahan itu selalu meninggalkan duka. Menyedihkan saat harus meninggalakan mereka yang sudah begitu melekat dihati, tetapi jauh lebih perih saat harus ditinggalakan oleh mereka yang senantiasa menginspirasi.

Sungguh tidak ada penyesalan sedikitpun atas perpisahan yang harus terjadi, tetapi sejak saat itu, saya membenci perkenalan. Kenapa harus akrab jika akhirnya harus meninggalkan atau ditinggalkan.

Palu, 01022012

_saya dedikasikan surat rindu ini untuk kalian yang begitu menginspirasi. Untuk yang sudah meninggalkan dan saya tinggalkan_

 
Leave a comment

Posted by on February 2, 2012 in Uncategorized