Saatnya menulis kembali!
Berikut sebuah imajinasi lanjutan dari saya, hasil cenayangan dan pemikiran mendalam. Kelak ini akan menjadi harta warisan untuk anak lelaki saya, saat ia mencapai usia-usia galau, saat menginjak angka 21 hingga 26 tahun mungkin.
***
Nak, saksikanlah bukti cintaku padamu. Mungkin aku sudah sangat tua saat kau membaca tulisan ini, atau paling tidak aku tak semuda saat aku menuliskan pesan ini padamu. Aku tuliskan pesan cinta ini di 18 Maret 2013, beberapa tahun sebelum kemunculanmu di semesta. Aku tuliskan pesan ini hari ini karena aku merasa saat ini (2013) aku berada pada usiamu saat kau membaca tulisan ini (2000 sekian).
Anakku yang baik. Usiamu saat ini adalah saat dimana kau pantas untuk ku sebut sebagai pemuda. Pada pundakmu kutitipkan cita-cita dan harapan yang mungkin sudah aku kubur sebelumnya. Padamu hari ini aku percayakan mimpi mulia masa mudaku. Jadilah anak laki-laki yang tangguh, jangan cengeng, jangan melempem. Jangan pernah merasa bahwa masalahmu lah yang paling berat di dunia ini. Lapangkan hatimu. Buatlah dirimu bermanfaat bagi lebih banyak orang.
Perlu kau pahami nak, orang yang hanya hidup untuk dirinya sendiri, akan hidup sebagai orang kecil dan mati sebagai orang kecil, tapi mereka yang hidup untuk banyak orang akan hidup sebagai orang besar dan tak kan pernah mati.
“Taukah kau nak, satu sendok garam di dalam segelas air.”
“Bisa kah kau bayangkan bagaimana rasanya?”
“sangat asin bukan?”
“Tapi coba kau bayangkan kalau satu sendok garam itu kau tumpahkan ke sebuah danau”
“mungkinkah ia masih membawa pengaruh?”
Pun begitu hatimu. Kalau hatimu hanya kau jadikan seluas gelas, maka masalah sesederhana apapun akan tetap saja berpengaruh padamu. Lapangkan hatimu, luruskan prasangkamu. Jangan kau terlalu banyak berasumsi, menebak-nebak hal yang tidak kau pahami. Itu hanya akan menjadi rasa was-was yang tak beralasan, dan akhirnya kau lelah sendiri olehnya sehingga kebermanfaatanmu bagi orang-orang di sekelilingmu kian tiada. Kuatkan ilmu agama, perbanyak ilmu dunia, luaskan jangkauanmu. Kau adalah harapanku. Tentu kau paham betapa bangganya aku jika kelak aku akan menjadi ibu dari seorang pembawa kebaikan? Betapa bangganya aku jika kelak kusaksikan engkau berdiri bersama pemuda seusiamu menjadi solusi bagi banyak permasalahan ummat. Ah anakku, terima kasih sudah menjadi luar biasa.
Anakku yang tampan. Ketahuilah bahwa usiamu saat ini adalah usia rentan, banyak godaan, banyak kegalauan. Diusia seperti ini, kau mungkin sudah “merasa” mengenal wanita. Tak mengapa Nak, sungguh itu wajar, aku paham. Tapi tahukah kau nak, wanita itu terlalu “lemah” untuk diberi perhatian. Wanita itu jarang sekali menggunakan logikanya, semua melibatkan perasaan. Mungkin menurutmu ini bodoh. Tapi ya begitulah wanita, dominasi perasaan itu menjadikan rasa kasih sayang yang ada dalam dirinya begitu besar. Bukankah sering kau lihat bahwa wanita lebih gampang terenyuh? Bukankah sering kau saksikan wanita gampang meneteskan air mata saat ada yang tidak layak? Begitulah..
Bahkan Allah SWT memuliakan mereka karena kasih sayang itu. Aku ingat salah satu hadist Rasulullah kalau tidak salah “Doa wanita itu lebih mudah dikabulkan Allah karena rasa kasih sayang yang ada dalam dirinya. Allah tidak akan menolak doa dari orang yang dipenuhi rasa kasih sayang”.
Maka demikianlah mereka. Jangan kau bermain-main dengan perasaan mereka. Mungkin menurutmu ini perkara simpel, tapi tahukah kau nak, banyak pria yang hancur karena sering menyakiti wanita? Dan lebih banyak lagi, wanita menderita karena rasa itu, rasa yang aku yakin kau paham maksudku. Jangan kau fikir fisik tampanmu adalah segalanya, kau keliru. Kelembutan hati dan rasa peka lah yang harus kau asah dan menjadikanmu lebih dari yang lain.
Menjadi anak laki-laki itu gampang-gampang sulit. Maka pada hari ini, aku ingin wariskan padamu warisan yang mungkin tak bisa kau rupiahkan, tidak juga bisa meringankan kebutuhan hidupmu hari ini, tapi inilah bukti cinta yang aku tuliskan saat aku berada pada usiamu saat ini.
Kepada putra lelakiku yang tidak dilahirkan untuk jadi orang biasa, jadilah kau pribadi yang bertanggung jawab. Optimalkan semua potensimu, jangan cepat menyerah pada keadaan. percayalah, orang besar tidak dilahirkan dari kemudahan dan fasilitas, mereka tidak muncul dari kemewahan dan kondisi serba ada. Berjuang dan berkorban, rasakan nikmatnya.
Jika hari-hari ini kau merasa sudah siap untuk mengambil alih tanggung jawab orang tua seseorang, maka kau harus yakinkan dirimu mampu. Jangan cuma kau andalkan kata-kata gombal dan harapan-harapan palsu. Aku tidak rela anakku menjadi seorang lelaki pengecut. Kuatkan interaksimu dengan Pemilik Hati, perbanyak ibadahmu, kuatkan ruhiyahmu, jangan hanya sibuk dengan #modus dan #kode (Aku harap kau paham maksduku. Saat aku menulis ini, istilah #modus dan #kode sedang familaiar – ini 2013 berbeda dengan zamanmu aku rasa). Jika sudah yakin, aku siap mendampingimu menjemput bidadari yang Allah persiapkan untukmu.
Kau anak lelakiku, pahamilah, perempuan itu begitu halus rasanya. Lelah fisik tak mengapa baginya asalkan kau selalu jaga perasaannya. Bukankah banyak kau saksikan keluarga sederhana yang berjuang dari nol, keterbatasan ekonomi bukan halangan, asalkan kau bisa jaga hatinya. Tapi jika dengan segala kemapanan finansial kau berfikir boleh menyakiti hatinya, kau keliru nak. Tapi memang aku akui, kematangan finansial perlu untuk kau perjuangkan. Bukankah kau ingin anak-anakmu kelak sehat dan cerdas? Bukankah kau ingin bisa berkunjung ke tanah suci bersamanya yang kau cinta? Tak masalah jika dia yang kau cinta kelak memang harus bekerja, hargai dia, bimbing dia, ingatkan dia. Jangan kau dominankan emosi mu untuk mendidiknya. Percayalah, dengan kasih sayang dia akan lebih mudah kau tuntun seperti yang kau mau, tentunya seperti yang Dia tuntunkan untukmu.
Anakku yang sholeh, jadilah imam yang baik bagi keluargamu kelak. Perbanyak ilmu agama, perluas wawasanmu, perkuat hubunganmu dengan al-qur’an. Kau adalah imam, kau adalah pemimpin, kau harus siap untuk bisa melakukan segalanya. Kau akan menjadi contoh, untuk keluargamu, anak-anakmu, tetanggamu, masyarakatmu. Tidak pantas kau berkata tidak tahu, bukankah sangat mudah bagimu untuk memperoleh informasi apapun?
Anakku, apa kau mulai bosan dengan celotehan bawel ku? tapi percayalah, aku hanya ingin kau tahu caraku menilai lelaki seusiamu saat aku diusiaku menulis warisan ini. Aku harap kau paham
Dari aku, Ibu yang menyayangimu
18 Maret 2013
***
Imajinasi bin cenayangan sore-sore, memenuhi permintaan seorang kawan. Semoga ga ada yang tersinggung. Semua berdasarkan imajinasi dan wawasan saya pribadi. Sangat wajar jika ada yang tidak sepakat. Sekian
BT Lantai 10
18.03.13 – 15.26 WIB