Jangan sesali sesuatu yang telah berakhir, meskipun itu indah. Tanpa akhir tak kan ada awal baru yang mungkin lebih indah 😀
So wise =)
Beberapa saat lalu saya pernah membuat tulisan tentang perpisahan. Begitu memilukan, sangat tidak enak dan seolah menjadi kenyataan yang sangat buruk. Tapi setelah membaca sepenggal kalimat diatas, seolah menggiring untuk lebih melihat hidup dari sudut pandang positif. Sebagaimana cara melihat gelas yang terisi setengah,,lebih baik menyebutnya setengah isi, bukan setengah kosong.
Mayoritas kita memang tidak menyukai perpisahan, terutama dengan mereka yang begitu berkesan di hati. Sebagian besar kita tidak menginginkan saat-saat yang membahagiakan terhenti dan sampai pada akhir ceritanya. Wajar sekali.
Dulu, saat perpisahan SMP,,hampir semua siswa di kelas saya nangis bombay. Pasalnya kami sudah sekelas selama 3 tahun. Sekolah dari pagi sampai sore, pelajaran tambahan, hiking, jalan2, dll yang kesemuanya sangat indah, harus berakhir. Padahal bukan tidak mungkin setelah itu kami sekolah di SMA yang sama. Tetap saja berpisah itu menyedihkan.
Demikian pula saat SMA. Semua terasa begitu menyenangkan. Teman-teman yang care, guru yang hebat, tugas sekolah yang “menarik”, cinta monyet dimana-mana :p . Butuh waktu panjang untuk menceritakan indahnya saat SMA.
Bukankah indahnya saat SMA itu terasa karena kita mengakhiri masa di SMP. Seandainya kita terus-tersan jadi anak SMP, tentunya “nikmatnya” jadi SMA tidak akan kita rasakan. Itulah dia,,
Jangan sesali sesuatu yang telah berakhir, meskipun itu indah. Tanpa akhir tak kan ada awal baru yang mungkin lebih indah
Jadi, kalau sekarang perpisahan demi perpisahan, akhir demi akhir sedang mendekat, SANTAI SAJA. Bisa saja itu berarti pengalaman demi pengalaman baru yang lebih menarik sedang menanti untuk disinggahi. Beranjak dari satu fase ke fase berikutnya.
Ini tentang cara pandang terhadap sesuatu yang sedang terjadi. Setengah isi, bukan setengah kosong =)
Palu, suatu sore 25 Maret 2012