RSS

Category Archives: Cerpen

Tentang Ayah

“Assalamualaikum”. terdengar ucapan salam dari luar. Sungguh aku tak asing dengan suara itu. Segera ku buka pintu depan tanpa mengintip terlebih dahulu lewat jendela.

Alangkah terkejutnya aku, sesosok yang berdiri dihadapanku saat ini ternyata suamiku yang baru pulang dari Kanada. Padahal beliau bilang baru akan sampai besok sore. Ah, sudahlah, toh dia sekarang sudah sampai di rumah dengan keadaan sehat dan selamat.

“Ayah kenapa ga bilang? Aturan kan bisa Ibu jemput ke bandara,..”

“Kejutaaan,.. Ayah ga mau ibu repot ke bandara, lagian dari bandara ke rumah kan jauh juga, kasian dong,,”. Rumah kami berada di wilayah Bogor, memang cukup jauh dari Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng. Itu lah dia. Pria paling sempurna yang pernah aku kenal. Selalu berusaha memberi yang paling baik untukku, dan untuk anak kami. Alhamdulillah.

Sejak 2 tahun yang lalu Ayah (begitu aku biasa memanggilnya) melanjutkan s2 ke kanada. Pendidikan masternya dibiayai oleh kantor tempat ia bekerja. Sebuah perusahaan swasta nasional yang cukup mumpuni di bidangnya. Alhamdulillah. Selama 2 tahun itu, kami hanya berkomunikasi menggunakan berbagai teknologi. Ayah pun selalu memantau perkembangan Sarah, putri pertama kami.

Ba’da ashar, suara riang putri kecil kami terdengar dari ruang tamu. Ya,..sarah baru pulang dari TPA tempat ia belajar baca Al Quran. Dengan tingkah polahnya yang lucu, sarah selalu berhasil membuat aku dan ayahnya tertawa lebar. Sungguh menggemaskan. Rumah akan terasa sangat sepi saat sarah berangkat sekolah atau belajar di TPA, juga saat sarah demam atau masuk angin. Putri kecil kami benar2 menjadi pesona tak tergantikan 🙂

Sore itu, saat sarah dengan riang nya bercerita tentang temannya yang telah ia kerjai di TPA (nakal,..( -__-“)), Ayah muncul dari arah belakang dengan sebuah boneka Shaun the sheep ukuran besar. Kontan sarah terkejut dan langsung bersorak kegirangan. Tokoh animasi ini benar2 menjadi figur favoritnya, mungkin karena bentuknya yang lucu dan polos. Selain karena hadiah yang dibawakan, sarah juga sangat senang karena Ayah sudah pulang. Mereka berdua sangat akrab. Walaupun sudah 2 tahun tidak bertemu langsung, tetap tidak ada yang berubah. Sejak Ayah melanjutkan studinya di Kanada, kami selalu menjadwalkan untuk video call setiap 2 hari sekali. Teknologi menjadikan sarah tidak asing dengan ayahnya walaupun sudah dua tahun mereka berjauhan secara jarak dan usia sarah masih sangat muda.

Adzan maghrib berkumandang,

Ayah berjalan menuju masjid yang tidak jauh dari rumah kami, tentunya bersama Sarah.  Sejak Sarah berumur 4 tahun, ayah sering mengajak Sarah sholat ke masjid, khusunya shalat magrib. Jadilah Sarah satu2nya anak perempuan di shaf laki-laki. Beberapa kali aku melarang, khawatirnya Sarah membuat gaduh di masjid, tapi Ayah selalu punya alasan untuk tetap mengajak sarah sholat di masjid.

***

“Dendeng balado”, masakan asli minang yang berasal dari daging sapi, menjadi menu andalanku untuk makan malam kami hari itu. Ayah terlihat makan dengan lahap sekali. “Rindu masakan kamu,” itulah celetukan yang selalu ayah ucapkan. Beberapa butir peluh menetes dari keningnya, mungkin karena makan terlalu cepat, mungkin juga karena dendeng balado ini memang sedikit pedas. Berbeda dengan ayah, Sarah tidak suka makan pedas, lauk yang paling ia sukai adalah telor ceplok dan baso yang dibuat dari daging yang dicampur telur. Tentunya menu ini selalu ada setiap hari karena sarah belum membuka hatinya untuk menu lain.

Alhamdulillah, keluarga ini begitu sempurna.

 
Leave a comment

Posted by on November 5, 2011 in Cerpen